Wakil Menteri Luar Negeri Soroti 5 Hal Ini dalam Pertemuan UNCTAD

Indonesia Menyapa, Jakarta – Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha Mansury, dalam High Level Conference Peringatan 60 tahun United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang diselenggarakan di Bandung pada 14 Mei 2024, mengingatkan negara-negara berkembang perlu terus menyuarakan peningkatan kerja sama untuk kemajuan bersama di tengah situasi dunia yang diwarnai persaingan geopolitik dan fragmentasi ekonomi.

Acara UNCTAD bertujuan untuk mendiskusikan peran UNCTAD dan mengidentifikasi peluang kerja sama yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Pahala menyampaikan 5 poin utama yang perlu diperhatikan dalam menyusun agenda pembangunan global jangka panjang.

Pertama, perlunya penguatan integrasi dan kerja sama ekonomi mengingat jumlah hambatan dagang telah meningkat hampir tiga kali lipat sejak 2019. Peningkatan tersebut bisa mengakibatkan pengurangan GDP global sebesar 7 persen dalam jangka panjang. Bukan hanya itu, belakangan maraknya hambatan dagang  dengan dalih lingkungan hidup atau green protectionism. UNCTAD diharapkan dapat berperan dalam menganalisa kebijakan diskriminatif ini dan dampak negatifnya terhadap negara berkembang.

Kedua, transisi energi berkeadilan dan transformasi ekonomi dari bahan bakar fosil yang memerlukan sumber daya mineral kritis yang dimiliki oleh banyak negara berkembang. Wamenlu menegaskan negara berkembang harus memperoleh manfaat maksimal dari pengolahan sumber daya mineral tersebut, melalui pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah dan menjadikannya  bagian penting dari rantai pasok global.

Untuk itu, Indonesia mendukung pembentukan UN Secretary General’s Panel on Critical Energy Transition Minerals (CETM). Diharapkan UNCTAD, sebagai co-lead dalam panel tersebut, dapat membawa perspektif negara berkembang dan memastikan keseimbangan antara hak pembangunan (right to development) dan keberlanjutan lingkungan.

Ketiga, memastikan akses terhadap pendanaan dan teknologi yang menjadi pendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan dan transisi berkeadilan. Negara berkembang memerlukan investasi sebesar 4 kali lipat sampai 2030 untuk mencapai net zero economy. Untuk itu, perlu mobilisasi pendanaan, baik dari pemerintah maupun pihak swasta, termasuk pembiayaan inovatif. Diperlukan pula dukungan pengembangan teknologi untuk negara berkembang, termasuk untuk pemrosesan mineral kritis, pengembangan energi terbarukan, dan semikonduktor. Dalam hal ini, UNCTAD dapat berikan dukungan dengan menyediakan tenaga ahli maupun pengembangan kapasitas.

Keempat, membangun rantai pasok yang lebih kuat. Hal ini berkaca pada situasi di Timur Tengah yang telah menyebabkan disrupsi rantai pasok yang dapat memicu inflasi, kerawanan pangan, dan penurunan pertumbuhan bagi negara-negara berkembang. Untuk itu, perlu penguatan dan diversifikasi rantai pasok, termasuk mencari alternatif sumber energi, pangan, dan komoditas lainnya; pengembangan teknologi untuk dukung produksi dalam negeri; serta pembangunan infrastruktur untuk perkuat konektivitas.

Kelima, kerja sama pembangunan yang penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan melalui kerja sama pembiayaan, pengembangan kapasitas, serta  pengembangan dan transfer teknologi. Terkait ini, UNCTAD dapat terus memainkan perannya dalam memperkuat kerja sama pembangunan tidak hanya antara negara maju dengan negara berkembang, tetapi juga dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan.

“Enam puluh Sembilan tahun lalu di Bandung (pada Konferensi Asia-Afrika), para pemimpin dunia mendorong kerja sama antar bangsa untuk kemajuan ekonomi dan sosial berdasar kesetaraan, kedaulatan, dan kepentingan bersama. Semangat ini perlu terus kita dorong dalam penyusunan agenda pembangunan ke depannya” tegas Wamenlu Pahala. UNCTAD yang pendiriannya diinspirasi oleh semangat Konferensi Asia-Afrika di Bandung tersebut, diharapkan dapat terus mendukung dan menyuarakan berbagai kepentingan negara berkembang.

 

Sumber: Wakil Menteri Luar Negeri Soroti 5 Hal Ini dalam Pertemuan UNCTAD – Dunia Tempo.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *