Djauw Coffee: Nikmat! Kopi Timur Tengah hingga Donat Ubi Ungu di Pecinan

Kuliner

Indonesia Menyapa, Jakarta – Ada kafe dengan konsep yang berbeda di tengah pecinan ini. Seduhan kopinya menggunakan metode ala Timur Tengah hingga camilan yang nikmat dan legit.

Pecinan identik dengan kawasan tengah kota yang banyak dihuni keturunan China. Mulai dari pernak-pernik, penjual buah-buahan, hingga kedai-kedai yang menjajakan makanan non halal bergaya China.

Tetapi di kawasan pecinan Glodok ada satu kafe yang memiliki tema berbeda dengan suasana di lingkungan sekitarnya. Walaupun berada di tengah pecinan, menggunakan nama yang identik dengan China tetapi sajian kopinya justru unik.

Ketika memasuki bagian depan kafenya saja kami sudah disambut dengan kuali berisi pasir panas untuk menyeduh kopi andalan mereka. Ditambah dengan camilan dan makanan pendamping yang nikmat legit, tempat ini hadir dengan ciamik di tengah gang sempit.

 

Djauw Coffee
Di dalam kafe bernuansan China ini ada kopi ala Timur Tengah dan berbagai hidangan tradisional Indonesia. Foto: detikcom/Diah Afrilian

 

Perpaduan Budaya Dalam Satu Kafe

Memiliki konsep yang berbeda dengan suasana dan toko di sekitarnya, Djauw Coffee tampil menarik di Glodok. Jika biasanya Glodok identik dengan berbagai panganan dan sentuhan China, Djauw Coffee menggabungkan banyak budaya dalam satu tempat.

Ketika mendatangi kafe ini, kami tak heran saat melihat berbagai ornamen berwarna merah bekas perayaan Imlek. Tetapi ada pemandangan yang istimewa saat melihat kuali berisi pasar panas yang dekat dengan pintu masuk.

Ternyata salah satu menu khas di Djauw Coffee ini justru sajian kopi pasir ala Turki atau Timur Tengah. Hebatnya, hanya dengan menggunakan metode penyeduhan kopi ala Turki ini tetapi Djauw coffee punya banyak racikan kopi yang segar dan nikmat.

Sementara setiap sudut kafenya benar-benar mempertahankan ruko ala pecinan yang konon sempat kosong hingga tahun 2021. Sampai akhirnya ruko ini kembali diberi ‘nyawa’ oleh kafe bernama Djauw Coffee.

 

Roti Kukus dan Tape Gabin Klasik

Djauw Coffee
Roti serai srikayanya disajikan dengan bahan roti jadul dan selai homemade. Foto: detikcom/Diah Afrilian

 

Menu yang disajikan didominasi oleh camilan dan racikan minuman tradisional. Jika membaca menunya, para pelanggan pasti akan familiar dengan seluruh menu yang disajikan di sini.

Pekerja di bagian kasir merekomendasikan kami menu camilan yang paling banyak dipesan oleh pelanggan. Yaitu roti kukus dengan selai srikaya dan tape gabin. Ia menyebut semuanya masih diproduksi secara homemade dan menggunakan resep klasik.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya makanan pesanan kami datang juga. Roti kukusnya begitu menarik perhatian. Aromanya semerbak harum roti dan pandan.

Roti jadul berwarna hijau yang datang dari esens pandan seolah mengingatkan pada menu sarapan yang disajikan nenek saat pagi hari. Isian selai srikayanya memiliki rasa manis legit yang sederhana. Terbukti hidangan seharga Rp 22.000 ini memang dibuat sendiri.

Untuk tape gabinnya Djauw Coffee membanderol deharga Rp 24.000 dengan isian 3 buah. Ukurannya besar dengan isian tape di bagian tengahnya yang tebal. Rasanya benar-benar seperti gabin klasik yang hanya dijual oleh penjaja makanan jadul.

 

Kopi Pasir Ala Turki di Pecinan

Djauw Coffee
Seduhan kopinya menggunakan metode ala kopi Timur Tengah. Foto: detikcom/Diah Afrilian

 

“Waspada. Permukaan Panas, Jangan Disentuh” begitu stiker yang ditempel pada kuali besar yang menarik perhatian kami. Hampir setiap pelanggan yang baru masuk ke kedai ini pasti melirik ke arah kuali berisi pasir panas tersebut.
Pekerja yang bertugas di bagian kopi menjelaskan bahwa di dalamnya berisi kompor besar bersuhu tinggi. Kuali tersebut memang sengaja dihadirkan untuk menyeduh kopi dengan metode yang ada di Turki.

Camgkir-cangkir khusus berukuran kecil sebanyak tiga buah dijajarkan untuk menyeduh kopi. Dengan lihai pekerja di sana memutar-mutarkan cangkir tersebut hingga kopinya mendidih berbuih yang menandakan sudah siap dituang ke dalam gelas.

Ada tiga jenis kopi yang kami pesan. Butter Coffee, Es Kopi Pantjoran, dan Es Kopi Susu Aren yang harga Rp 24.000 – Rp 25.000 per gelas.

Butter coffeenya disajikan selagi panas hingga ketika menteganya dimasukkan ke dalam gelas, tak butuh waktu lama untuk langsung meleleh. Racikan kopinya menggunakan biji kopi asli Indonesia. Rasa pekat kopinya berpadu dengan gurih mentega.

Untuk Es Kopi Pantjorannya mereka memiliki racikan sendiri. Kopi hitam yang ditambahkan berbagai rempah serta disajikan dengan kayu manis batang 3 cm. Aromanya begitu harum semerbak dengan rasa rempah lembut yang menyapa lidah ketika disesap.

Sementara untuk es kopi arennya cenderung lebih creamy dan lembut. Kopinya tak terlalu pekat. Menu ini cocok untuk mereka yang ingin minum kopi tetapi tak ingin kopi yang terlalu kuat.

 

Donat Ubi Ungu yang Empuk

Djauw Coffee
Donat ubi ungu rumahannya juga tak kalah enak untuk dinikmati bersama secangkir kopi yang segar. Foto: detikcom/Diah Afrilian

 

Djauw Coffee memang terkenal dengan racikan kopi dan sajian makanannya yang klasik. Tetapi ada satu menu yang tak boleh lupa dipesan ketika datang ke sini.

Donat kampung dengan inovasi bahan ubi ungu membuat rasanya lebih unik. Adonannya terasa empuk, padat, tetapi tidak seret ketika dinikmati.

Warnanya ungu padam agak kecokelatan. Konon bahan utamanya memang menggunakan ubi ungu yang dihaluskan bukan dengan penambahan pewarna makanan ungu semata-mata untuk menghadirkan warna yang cantik saja.

Seporsi Donat Ubi Ungunya dibanderol Rp 20.000 dengan isian dua buah donat dalam satu piring. Sentuhan klasiknya semakin terasa karena toppingnya sederhana, hanya menggunakan taburan gula halus di bagian atasnya.

 

Sumber: Djauw Coffee: Nikmat! Kopi Timur Tengah hingga Donat Ubi Ungu di Pecinan (detik.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *