Indonesia Menyapa, Jakarta — Lawar khas Bali biasanya dipadukan daging babi atau ayam, tapi di rumah makan ini ada lawar kambing yang unik. Dijamin tak bau prengus karena penjual pakai teknik ini!
Lawar adalah kuliner Bali terkenal, berupa campuran sayur dan daging dengan bumbu rempah khas. Biasanya yang digunakan adalah daging babi, bebek, atau ayam. Namun berbeda di rumah makan yang ada di Klungkung ini.
Warung Sate Kambing Thingadi di Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan menyajikan lawar kambing. Lokasi rumah makan ini 100 meter di timur simpang Tiyingadi (Patung I Dewa Agung Istri Kanya).
Tepatnya di Jalan Kusanegara, sisi timur pintu masuk Pusat Kebudayaan Bali (PKB). Menu yang dikenal bernama ‘Lawar Kambing Tiyingadi’ itu selalu diincar.
Warung yang sudah ada sejak 2004 ini buka dari pukul 08.00 Wita sampai habis (sekitar pukul 14.00 Wita). Biasanya pelanggan langsung menyerbu warung ini ketika baru buka.
Mereka mengantre untuk mendapat paket nasi dengan sate tusuk, sate lilit, lawar, dan gule.
Pemilik warung Sate Kambing Thingadi, Anak Agung Istri Alit, mengungkapkan keistimewaan menu di sini.
Lawar diracik spesial hingga tidak ada bau prengus dari kambing. “Kambing yang digunakan pilihan, semua kambingnya muda tidak ada kambing tua sehingga dagingnya lembut. Termasuk daging di gulenya juga lembut,” kata Gung Istri kepada detikBali, Sabtu.
Sementara untuk lawarnya, yang utama adalah daging dari kulit kambing yang dicincang halus membentuk lidi sepanjang 5 cm. Cincangan daging itu dicampur dengan kacang panjang dan pisang klutuk muda.
“Saat merebus kulit, juga dicampur dengan rempah-rempah alami,” imbuh warga Desa Paksebali ini.
Untuk proses dari awal hingga penjualannya, Agung Istri mengajak 30 karyawan. Mereka bertugas mulai dari memelihara kambing, tukang potong, tukang masak, hingga pramusaji di warung Sate Kambing Thingadi.
Gung Istri menyebut setiap hari bisa memotong sebanyak delapan sampai sembilan ekor kambing.
Untuk harga satu paket yang terdiri dari nasi, sate lilit, sate tusuk, lawar, dan gule saat ini Rp 50 ribu. Paket tersebut sudah termasuk minuman yang tersedia seperti es jeruk, es teh, atau air mineral.
“Untuk sate bisa di-request, ada yang minta tusuk campur dengan lilit, ada juga sate tusuk saja. Jika pelanggan ramai dan penuh kadang untuk pesan bungkus saya larang, kasian yang sudah duduk tidak dapat, kadang sudah habis jam 12 siang,” ujar Gung Istri.
Salah satu pembeli, Sugiana, mengatakan setiap datang ke warung Sate Kambing Thingadi selalu penuh dan harus antre. “Tidak saja saat libur seperti ini, hari-hari biasa juga ramai. (Orang) kantoran biasanya datang banyak makan siang di sini,” ungkapnya.
Sugiana menyebut selain menikmati nikmatnya sate dan lawar kambing, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan sawah subak Gunaksa dengan area Pusat Kebudayaan Bali sisi baratnya.
Sumber: Anti Prengus! Lawar Kambing Tiyingadi di Bali yang Jadi Incaran (detik.com)