Indonesia Menyapa, Jakarta — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membubarkan Kabinet perangnya, Senin (17/6), kata seorang pejabat Israel, sebuah keputusan yang diperkirakan terjadi setelah mantan Jenderal Benny Gantz, yang berhaluan tengah, meninggalkan kelompok tersebut pekan lalu.
Gantz bergabung dengan pemerintahan persatuan Netanyahu pada Oktober di awal perang dan menuntut pembentukan Kabinet perang. Tanpa Gantz, Netanyahu membubarkan kelompok tersebut.
Pada Minggu, militer Israel mengumumkan bahwa mereka akan memulai “jeda taktis” selama 11 jam pada siang hari terkait aksi pemboman mereka terhadap militan Hamas di Gaza selatan untuk memungkinkan peningkatan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk menjangkau warga Palestina yang kelaparan.
Pada Senin, jeda tampaknya tetap bertahan, meskipun ada beberapa pertempuran sporadis, menurut Agence France-Presse (AFP).
Israel mengatakan penghentian serangannya di Gaza selatan akan berlanjut dalam waktu dekat dan memungkinkan truk bantuan mencapai penyeberangan Kerem Shalom yang dikuasai Israel, yang merupakan pintu masuk utama bantuan yang Gaza. Truk-truk tersebut kemudian dapat dengan aman melakukan perjalanan ke jalan raya terdekat untuk mengirimkan makanan dan pasokan medis ke wilayah lain di Gaza.
“Jeda taktis” yang diumumkan oleh militer berlaku untuk sekitar 12 kilometer jalan di wilayah Rafah, bukan gencatan senjata menyeluruh di Gaza yang diserukan oleh komunitas internasional, termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat. Usulan gencatan senjata yang lebih luas itu akan menghentikan pertempuran di seluruh Gaza selama enam minggu dan menyerukan pembebasan lebih banyak sandera yang ditahan oleh Hamas sebagai imbalan pembebasan sejumlah warga Palestina yang dipenjara oleh Israel.
Namun tidak ada tanda-tanda terobosan dalam perundingan gencatan senjata yang terhenti itu.
Sebagai tanda lain bahwa pertempuran akan terus berlanjut, pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan pada Minggu bahwa pihaknya memperpanjang hingga 15 Agustus, periode dimana mereka akan mendanai hotel dan wisma bagi penduduk yang dievakuasi dari kota-kota perbatasan Israel selatan dekat Gaza.
Penghentian terbatas dalam pertempuran, jika hal ini terjadi, dapat membantu memenuhi sebagian besar kebutuhan warga Palestina yang semakin meningkat dalam beberapa minggu terakhir seiring dengan serangan Israel ke Rafah.
Israel mengatakan rute keluar dari Gaza selatan akan meningkatkan aliran bantuan ke wilayah lain di Gaza, termasuk Khan Younis, kamp darurat Muwasi, dan Gaza tengah. Gaza utara yang terkena dampak paling parah, yang merupakan target awal perang, kini memasuki bulan kesembilan, mendapat suplai dari bantuan yang masuk dari penyeberangan di utara.
Militer mengatakan jeda pada hari Minggu, yang dimulai ketika umat Islam di Gaza dan tempat lain mulai memperingati hari raya Iduladha, terjadi setelah berdiskusi dengan PBB dan badan-badan bantuan internasional.
Aliran bantuan di Gaza selatan menurun seiring dengan meningkatnya kebutuhan kemanusiaan. Lebih dari 1 juta warga Palestina, banyak di antaranya telah menjadi pengungsi, meninggalkan Rafah setelah invasi tersebut, dan berkerumun di wilayah lain di bagian selatan dan tengah Gaza. Kebanyakan dari mereka kini mendekam di tenda-tenda yang bobrok, memanfaatkan parit sebagai jamban, dengan saluran-saluran pembuangan air terbuka di jalan-jalan.
Kedatangan lebih banyak bantuan di Gaza sangatlah penting, kata para pejabat bantuan PBB. Dari tanggal 6 Mei hingga 6 Juni, PBB menerima rata-rata 68 truk bantuan setiap hari, menurut angka dari kantor kemanusiaan PBB. Jumlah tersebut turun dari 168 truk per hari pada bulan April dan jauh di bawah 500 truk per hari yang menurut kelompok bantuan diperlukan.
Pengaturan jeda taktis ini bertujuan untuk mengurangi kebutuhan koordinasi pengiriman dengan memberikan waktu 11 jam tanpa gangguan setiap hari bagi truk untuk masuk dan keluar dari penyeberangan.
Namun belum jelas apakah tentara akan memberikan keamanan untuk melindungi truk bantuan saat mereka bergerak di sepanjang jalan raya.
PBB menyambut baik jeda terbatas Israel dalam pertempuran dan mengatakan mereka berharap “hal ini mengarah pada langkah-langkah konkret lebih lanjut oleh Israel untuk mengatasi masalah-masalah lama yang menghambat respons kemanusiaan yang berarti di Gaza.”
Namun gencatan senjata terbatas ini mendapat kecaman dari kelompok ultranasionalis di pemerintahan Netanyahu, yang menentang penghentian perang. Militer mengatakan pertempuran tidak akan dihentikan di wilayah selatan Gaza.
Pada Minggu, Israel mengumumkan nama 11 tentara yang tewas dalam serangan baru-baru ini di Gaza, termasuk satu orang yang meninggal karena luka yang dideritanya dalam serangan minggu lalu. Dengan demikian, jumlah tentara yang terbunuh sejak Israel memulai invasi darat ke Gaza tahun lalu adalah 308 orang.
Sumber: PM Israel Bubarkan Kabinet Perang (voaindonesia.com)