Indonesia Menyapa, Jakarta — Membanggakan ada putra Indonesia yang berada dekat dengan Paus Fransiskus baik saat di Vatikan maupun selama Paus berada di Indonesia.
Dia adalah Pastor Markus Solo Kewuta SVD, pendamping dan penerjemah Paus Fransiskus.
Sosok dan keberadaanya viral saat mendampingi Paus Fransiskus tiba di Indonesia, Selasa, 3 September 2024.
Ditambah lagi Pastor Markus Solo Kewuta SVD duduk bersama dengan Paus Fransiskus dan Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Pater Markus Solo Kewuta Ingin Bakar Lilin di Kuburan Orang Tuanya di Flores Timur
Diketahui, Pater Markus berasal dari kaki gunung Lewotobi tepatnya di Lewouran, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Ada cerita menarik terkait Pater Markus saat mendampingi Paus Fransiskus Ketika tiba di Indonesia.
Pater Markus, mengirim pesan via WattshApp ke Agustina Bali Kewuta, keluarganya.
Pater Markus sangat rindu dengan orang rumah dan ingin mengunjungi kuburan kedua orang tuanya dan juga segenap keluarga di Lewouran.
Karena harus menjalani tugasnya untuk mendampingi Paus Fransiskus, Pater Markus jadi tidak bisa pulang ke Flores Timur.
“Saya pingin sekali pulang kampung sekalian bakar lilin di kuburan bapa mama sekalian ketemu keluarga cuman kita punya waktu sangat di atur ketat mendampingi bapak Paus (Fransiskus) jadi tidak bisa ikut sesuai rencana dan kemauan kita,”ujar Agustina membaca isi pesan dari Pater Markus.
Keluarga Bahagia Pater Markus Jadi Pendamping Paus Fransiskus
Agustina mengaku bahagia karena satu dari keluarga mereka menjadi pastor yang mendampingi Paus Fransiskus meskipun dari keluarga yang kurang mampu.
Apalagi anak kampung yang jauh dari kota tapi bisa membuat keluarga merasa senang dan bangga.
“Saya merasa bangga dan bahagia sekali meskipun kita orang kecil sederhana walaupun kampung jauh dari kota tapi punya panggilan yang sungguh luar biasa,” tutur dia.
Ia mengaku pater Markus sejak kecil memiliki cita-cita ingin menjadi seorang imam.
Pater Markus mengikuti jejak almarhum kakaknya yang juga seorang imam.
Pater Markus juga merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Profil Pastor Markus Solo Kewuta SVD
Saat ini Pastor Markus merupakan anggota dewan kepausan untuk dialog antaragama Takhta Suci Vatikan.
Di lingkungan Tahta Suci Vatikan dan paroki tempatnya berkarya, Pater Markus Solo Kewuta lebih dikenal dengan panggilan Padre Marco.
Imam SVD (Serikat Sabda Allah) ini merupakan kelahiran Lewouran, Kabupaten Flores Timur, NTT, 4 Agustus 1968.
Pendidikan
Markus Solo Kewuta menghabiskan waktu mengenyam pendidikan dasar dan menengah di tanah kelahirannya Flores Timur.
Mula mula ia menamatkan pendidikan dasar di SDK Lewouran lalu melanjutkan pendidikan menengah ke SMPK Ile Bura Lewotobi dan SMAK Seminari San Dominggo Hokeng Flores Timur.
Selepas SMA, ia kemudian bergabung dengan Serikat Sabda Allah (SVD) dan masuk Novisiat Serikat missionaris tersebut di Nenuk, Timor pada 1988.
Tahun kedua Novisiat dilaluinya di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Santo Paulus Ledalero, Maumere, Flores, sekaligus memulai tahun pertama kuliah Filsafat.
Setelah menyelesaikan dua tahun Filsafat di Sekolah Tinggi Santo Paulus Ledalero, tahun 1992 ia dikirim bersama seorang teman seangkatannya, Mariano Grace Da Silva (+ 6 Agustus 2014 di Ende, Flores) untuk meneruskan studi Teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria.
Ditahbiskan di Austria
Setelah menyelesaikan studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Teologi Katolik Sankt Gabriel di Mödling, Wina, Austria, Markus Solo Kewuta kemudian menjalankan Praktek pastoral (Diakon) selama 6 bulan di Paroki Pischelsdorf, Steiermark, Austria.
Ia kemudian ditahbiskan menjadi imam katolik di Rumah Misi SVD Sankt Gabriel, Wina, Austria pada 3 Mei 1997.
Pada tahun 1997 – 1998 Pastor Markus bekerja sebagai Pastor Pembantu di Paroki Santo Maximilian Bischofshofen, Salzburg, Austria.
Sesuai penempatan dan keputusan pimpinan Serikat SVD di Austria, ia menyelesaikan masa karya di Bischofshofen pada tahun 1999 dan memulai studi Doktoral di bagian Teologi Fundamental di Universitas Leopold Franzens di kota Innsbruck, Austria.
Selama menekuni studi, beliau tetap berkarya sebagai Pastor di Paroki Schwaz dan Paroki Sankt Jodok dan Schmirn di Propinsi Tirol.
Gelar Doktornya diraih pada tahun 2002 dengan predikat Summa cum Laude dengan thesis “Der ostflorinesische Gott und Gott Jesu Christi” – Die Suche nach theologisch-spirituellen Grundsätzen für den Dialog).
Tahun 2002 juga beliau memulai studi Bahasa Arab Klasik pada Dar Comboni Institute di atas pulau Zamalek, Kairo, Mesir, dan menyelesaikannya dengan gelar Licensiat pada tahun 2005 pada Institut Kepausan untuk Studi Bahasa Arab dan Islamologi (Pontifical Institute for Arabic and Islamic Studies, PISAI) di Roma, Italia.
Setelah menyelesaikan studi di Roma, Pastor Markus kembali berbakti di kota Wina, Austria, dan mendapat kepercayaan dari Kardinal Christoph Schönborn untuk memajukan dialog antara umat Katolik dan umat Islam di kota Wina, sekaligus menjadi Pastor Pembantu di Paroki SVD di Alxingergasse di Distrik X kota Wina.
Tahun 2006 Kardinal Schönborn mengangkat Pastor Markus menjadi Rektor Institut Internasional Asia-Afrika (Afro-Asiatisches Institut, AAI) di kota Wina.
Berkarya di Tahta Suci Vatikan
Baru beberapa bulan berkarya, beliau mendapat panggilan dari Takhta Suci Vatikan untuk menjadi staf Penasehat pada Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama (Pontifical Council for Interreligious Dialogue, PCID) di Vatikan.
Bulan Juli 2007 Pastor Markus resmi bergabung dengan Dewan Kepausan ini dan menangani Desk Dialog Katolik-Islam di Asia dan Pasifik.
Sejak tahun 2015, Pastor Markus yang adalah orang Indonesia pertama di Kuria Tahta Suci Vatikan ini, selain menangani Desk Islam di Asia dan Pasifik, juga dipercayakan sebuah tugas lain, yakni sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate yang bertugas untuk memajukan Pendidikan Perdamaian dan Pembentukan Duta-duta Perdamaian dari berbagai agama non-Kristiani bertempat di kota Roma dan Vatikan.
Di luar dari tugas-tugas Dialog keagamaan tersebut, Pastor Markus yang memiliki hobi di bagian musik dan olahraga.
Sejak tahun 2015, Pastor Markus juga menjadi seorang Cerimonial liturgi dari Paus Fransiskus di Vatikan.
Silsilah keluarga Pastor Markus
Pater Markus Solo merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara.
Ayah: Nikolaus Pulosoko Kewuta
Lahir: Februari 1928
Wafat: 17 Juni 2005
Ibu: Alm. Getrudis Kewalile Lein
Lahir: Tahun 1931
Wafat: 22 Desember 1985
Anak Pertama: Alm. Pater Josef Bukubala Kewuta, SVD.
Lahir: 12 Desember 1957
Wafat: 27 April 2021.
Anak Kedua: Alm. Lusia Bura Kewuta
Lahir: 1 Januari 1960.
Wafat: 9 Desember 2006.
Anak Ketiga: Mantuetus Nuba Kewuta. Beliaulah yang menjaga rumah orang tua hingga saat ini.
Anak Keempat Alm. Pius Sere Kewuta
Lahir: 27 Agustus 1965.
Wafat: 29 Juli 1986
Dan anak kelima atau bungsu Pater Markus Solo Kewuta.