Indonesia Menyapa, Jakarta — Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengungkapkan lima kejanggalan yang membuatnya memutuskan untuk mundur dari tim penulisan ulang sejarah Indonesia bentukan Kementerian Kebudayaan yang dipimpin oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Satu di antaranya soal target rampungnya proyek penulisan ulang sejarah tersebut.
Harry mengatakan, timnya ditargetkan untuk dapat menyelesaikan proyek itu pada Juni 2025. Padahal, tim baru dibentuk pada Januari 2025 lalu.
“Ketika rapat tim editor itu, ketua editor umumnya itu mengatakan kalau penulisan buku ini harus selesai bulan Juni. Sementara rapat itu di bulan Juni.”
“Artinya dalam tempo 4-5 bulan, naskah itu sudah harus selesai. Bukan main,” katanya dalam diskusi daring di kanal YouTube CPAS Indonesia, Rabu (19/6/2025).
Harry menjelaskan, minimal proses penulisan terkait sejarah bisa mencapai lima tahun.
“Kita yang sudah berpengalaman menerbitkan buku, (proses penulisan) bisa sampai lima tahun,” katanya.
Dia lalu mencontohkan salah satu buku sejarah berjudul “Indonesia Dalam Arus Sejarah (IDAS)” yang proses penulisannya dimulai pada tahun 2002 dan baru diterbitkan sepuluh tahun kemudian.
Berkaca dari pengalamannya itu, Harry pun sempat mempertanyakan target yang dirasanya tidak masuk akal tersebut.
Lalu, pertanyaannya pun dijawab oleh ketua tim dengan menyebut proyek penulisan ulang sejarah Indonesia tidak membutuhkan data baru, sehingga dirasa target tersebut masuk akal.
Mendengar jawaban itu, Harry pun masih tetap untuk mencoba memahaminya dan belum memutuskan keluar dari tim tersebut saat itu.
“Saya waktu itu menyatakan kok bisa secepat itu saya bilang. Apakah mungkin? Tapi yang lain meyakinkan betul, oke karena ini bukan data baru, tidak memulai dari nol, makannya saya ikuti itu,” katanya.
Sebelumnya, Harry mengakui sudah mundur dari tim penulisan ulang sejarah Indonesia. Adapun surat pengunduran dirinya itu sudah dikirimkan sejak 22 Januari 2025.
Harry keluar dari Tim karena tidak setuju dengan periodesasi yang hendak diterapkan dalam penulisan ulang sejarah kali ini, yakni penggantian istilah “prasejarah” menjadi “sejarah awal”.
“Itu sebuah kekeliruan apabila ‘prasejarah’ diganti dengan ‘sejarah awal’,” katanya pada Rabu (18/6/2025).
Menurutnya, pemaksaan konsep itu adalah “kepongahan” dari disiplin ilmu sejarah di atas disiplin ilmu prasejarah yakni arkeologi.
“Penggantian istilah ini membuat malu kita di mata dunia karena istilah “prasejarah” itu di mana-mana sudah menjadi konsensus dunia,” kata dia.
Fadli Zon: Buku Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diluncurkan saat HUT RI ke-80
Sebelumnya, Fadli Zon mengungkapkan pemerintah menargetkan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia dapat diluncurkan saat 17 Agustus 2025 atau bertepatan dengan HUT RI ke-80.
Bahkan, saat itu, dia meyakini proyek itu akan rampung sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
“Sekarang baru dalam proses, yang menuliskan ini para sejarawan. Tahun ini (target peluncuran), saat 80 tahun Indonesia merdeka,” kata Fadli pada 9 Mei 2025 lalu.
Fadli mengatakan, penulisan ulang sejarah Indonesia ini melibatkan ratusan sejarawan dengan berbagai spesialisasi.
Adapun tugas dari sejarawan itu yaitu menulis, merevisi, dan menyunting isi buku berdasarkan referensi dan kajian ilmiah.
“Kami akan update dan menambah beberapa jilid, tentu mendasarkan kepada buku-buku yang sudah ada.”
“Kami melibatkan lebih dari 100 sejarawan dari banyak perguruan tinggi, yang memang ahli di bidangnya dan punya kompetensi menulis serta menyunting isi buku itu,” katanya.
Ia menjelaskan, ketika buku ini diluncurkan, maka berfungsi sebagai acuan resmi dalam pengajaran sejarah di tingkat pendidikan dasar hingga menengah.
“Buku ini akan menjadi semacam buku sejarah resmi Indonesia, dan bakal menjadi acuan utama dalam pendidikan sejarah di semua jenjang,” ujarnya.
Dalam pernyataan terpisah, Fadli juga sempat mengungkapkan akan ada 10 jilid di luar Indeks terkait buku penulisan sejarah tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Fadli dalam pemaparannya saat rapat dengan Komisi X DPR pada 26 Mei 2025 lalu.
Adapun jilid pertama adalah terkait Sejarah Awal Nusantara. Selanjutnya, adapula bab berjudul ‘Respons terhadap Penjajahan’, serta adanya penulisan era Reformasi dari 1999-2024.
Selengkapnya berikut daftar 11 jilid dalam buku penulisan ulang sejarah Indonesia tersebut.
1. Sejarah Awal Nusantara
2. Nusantara dalam Jaringan Global: India dan Cina
3. Nusantara dalam Jaringan Global: Timur Tengah
4. Interaksi dengan Barat: Kompetisi dan Aliansi
5. Respons terhadap Penjajahan
6. Pergerakan Kebangsaan
7. Perang Kemerdekaan Indonesia
8. Masa Bergejolak dan Ancaman Integrasi
9. Orde Baru (1967-1998)
10. Era Reformasi (1999-2024)
11. Indeks