Indonesia Menyapa, Jakarta — China terus mengembangkan desain chip RISC-V agar bisa menghilangkan ketergantungan mereka terhadap chip x86 dan Arm, yang keduanya berasal dari negara Barat.
Mereka bahkan baru-baru ini menyiapkan aturan untuk beralih dari chip x86 dan Arm dan mengutamakan penggunaan prosesor RISC-V yang menggunakan instruction set open source.
Aturan baru ini diinisiasi oleh delapan badan pemerintahan, termasuk Cyberspace Administration of China, Ministry of Industry and Information Technology, Ministry of Science and Technology, serta China National Intellectual Property Administration.
Sumber yang dikutip oleh Reuters menyebutkan aturan ini akan diterapkan karena pemerintah China sedang meningkatkan usahanya untuk mengurangi ketergantungan dari teknologi yang dibuat dan dimiliki negara Barat.
RISC-V adalah arsitektur open source yang dipakai untuk mendesain chip, biasanya chip yang tidak terlalu canggih, baik itu chip untuk ponsel hingga server AI, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Kamis (6/3/2025).
Secara global, RISC-V ini bersaing dengan arsitektur x86 yang didominasi Intel dan AMD, serta Arm yang dikembangkan oleh Arm Holdings milik SoftBank Group.
Sementara itu di China dalam beberapa tahun terakhir, banyak badan pemerintahan dan badan penelitian mulai menggunakan chip RISC-V karena dianggap netral secara geopolitik.
Di sisi lain, desainer chip di China juga tertarik untuk mengembangkan RISC-V karena biayanya yang lebih murah. Namun sebelumnya, pemerintah China memang belum pernah menyebut penggunaan arsitektur ini dalam kebijakan pemerintah.
Saat ini pemegang properti intelektual RISC-V terbesar di China termasuk XuanTie milik Alibaba startup Nuclei System Technology. Kedua perusahaan ini menjual prosesor RISC-V komersial ke desainer chip.
Kehadiran model AI DeepSeek juga bisa meningkatkan tingkat adopsi RISC-V, karena model AI asal China itu tak membutuhkan kemampuan komputasi AI yang terlalu tinggi.
Sumber: China Geber Prosesor Canggih untuk Gantikan x86 dan Arm