Indonesia Menyapa, Jakarta — Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) juga menyapa lebih dari 10.000 atlet dari sekitar 200 negara yang berkumpul di Paris untuk Olimpiade 2024. Ada beberapa hal yang berubah karena AI.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) memang merangkul teknologi tersebut. Sebelumnya, di bulan April, komite meluncurkan agenda mereka terkait AI untuk mengefisienkan beberapa hal dan menyusun strategi penggunaannya dalam Olimpiade.
“Kita harus menjadi pemimpin perubahan, dan bukan objek perubahan,” kata Thomas Bach, presiden IOC di Lausanne, Swiss, dalam sebuah acara pers di London, Inggris yang memamerkan kemampuan berbagai perangkat olahraga AI.
Setidaknya ada tiga hal terkait AI yang mengubah cara atlet dan penonton menikmati Olimpiade dikutip dari Nature.
Performa dan pelatihan atlet
Sejak tahun 1900, ketika Paris pertama kali menjadi tuan rumah Olimpiade, ilmuwan Prancis Étienne-Jules Marey memelopori penggunaan teknologi untuk mempelajari atlet yang sedang bergerak.
Kronofotografi berkecepatan tinggi miliknya, yang melibatkan pemasangan kamera seperti senapan mesin, yang memberinya pelat fotografi seperti amunisi untuk mengambil gambar dengan cepat – berhasil memotret pelari cepat dan pelompat jauh. Ia menganalisis biomekanik tubuh untuk menemukan rahasia keunggulan atlet tertentu.
Saat ini, banyak hal yang dapat dilakukan hanya dengan merekam menggunakan ponsel pintar. Teknologi pelacakan atlet 3D (3DAT) Intel menggunakan AI untuk melacak 21 titik di seluruh tubuh manusia guna menampilkan gerakan fisik yang presisi, memberikan semua wawasan biomekanik yang dicari pelatih pada atlet elit, kata Harple. Ia berpikir bahwa teknologi semacam itu akan menghasilkan persaingan yang lebih ketat dan menciptakan rekor baru.
Cara AI digunakan untuk meningkatkan performa atlet berkisar dari merancang sepatu dan pakaian atletik yang dibuat khusus hingga menentukan jadwal nutrisi dan latihan yang optimal. “Bahkan dapat mempercepat penemuan strategi baru dalam berolahraga,” katanya.
Kemudahan pengumpulan data individual, dikombinasikan dengan analisis AI, juga dapat membantu pelatih mengidentifikasi bakat, sehingga pertandingan olahraga menjadi lebih adil.
Pada Maret lalu, IOC menjalankan program kepanduan yang menggunakan 3DAT untuk mengidentifikasi lebih dari 40 anak di Senegal yang menunjukkan potensi untuk menjadi atlet Olimpiade, dengan menganalisis latihan sederhana seperti berlari dan melompat.
Namun, olahraga dan negara-negara dengan liga profesional besar akan tetap memiliki keuntungan besar, karena mereka memiliki sumber daya untuk mengumpulkan data berkualitas tinggi, dan untuk melatih algoritme dengan data tersebut.
“Masalah dengan beberapa cabang olahraga Olimpiade adalah tidak ada jejak data yang besar,” kata Patrick Lucey, kepala ilmuwan di perusahaan teknologi olahraga Stats Perform di Chicago, Illinois. Hal ini memperluas cara teknologi dapat digunakan dalam aspek lain dari pertandingan ini, seperti penilaian dan perwasitan.
Data wasit dan Catatan Real Time
Wasit polo air Olimpiade Frank Ohme tidak asing dengan AI. Pekerjaan sehari-harinya sebagai astrofisikawan di Institut Max Planck untuk Fisika Gravitasi di Hannover, Jerman, melibatkan perburuan sinyal lubang hitam yang bertabrakan, terkadang dengan bantuan AI, dalam data gelombang gravitasi yang bising.
Namun, saat ia mengenakan seragam wasit serba putih di Paris, ia harus teliti memperhatikan untuk memutuskan apakah bola telah melewati garis gawang.
AI sudah menginformasikan keputusan semacam itu dalam olahraga termasuk sepak bola, menggunakan informasi yang direkam oleh serangkaian kamera di sekitar stadion dan chip yang ditanamkan di bola.
Namun, AI belum populer di olahraga lain, dan mungkin akan lebih lambat untuk merambah area seperti wasit, yang memerlukan analisis data real time.
Kendala lainnya adalah pendanaan, dan kebutuhan khusus masing-masing cabang olahraga. Ada 32 pertandingan di Olimpiade Paris. Meskipun polo air merupakan cabang olahraga beregu Olimpiade tertua, tidak cukup dana yang menyandangnya jika dibandingkan dengan olahraga seperti bola basket atau sepak bola.
Penggunaan AI dalam polo air juga akan menghadirkan tantangan yang berbeda, seperti melatih algoritme pada gambar yang diambil di bawah air dan dalam skenario yang kacau.
Komunikasi yang tepat dan terbuka adalah kunci setiap kali bantuan AI digunakan untuk melakukan panggilan secara real time. “Cara termudah untuk meyakinkan tim dan penonton adalah dengan memberi mereka semua informasi melalui gambar atau visualisasi di mana mereka dapat menentukan panggilan itu sendiri,” kata Ohme.
Sulit juga untuk menghilangkan ambiguitas dalam tindakan pelanggaran dalam kasus tertentu. Ini adalah keputusan sepersekian detik yang bahkan tidak semua manusia dapat setuju.
“Saya bahkan tidak tahu bagaimana cara menghitungnya,” kata Ohme, yang berpikir bahwa mendeteksi lubang hitam adalah tugas yang lebih mudah bagi AI dibandingkan dengan yang lain.
Meningkatkan Pengalaman Penonton
Data yang dikumpulkan selama pertandingan tidak hanya akan memenuhi kebutuhan algoritma AI, tetapi juga pemirsa TV yang haus akan statistik.
“Olahraga adalah bahasanya sendiri. Olahraga melampaui batasan untuk membantu semua orang berkomunikasi,” kata Patrick Lucey, kepala ilmuwan di perusahaan teknologi olahraga Stats Perform di Chicago, Illinois.
Statistik dan angka memperkaya percakapan ini dengan menyediakan tolok ukur tambahan untuk perbandingan. “Tentu saja orang menginginkannya,” tambahnya.
Para penyiar bergegas mencari cara untuk menambah kekayaan informasi baru ini dan menayangkannya di layar televisi. Para pemirsa terpesona ketika rekor dunia virtual ditampilkan di layar selama pertandingan Olimpiade Sydney 2000.
“Pada tahun 2024, para penyiar memiliki kemampuan untuk menampilkan lebih banyak lagi, seperti akselerasi, kecepatan tertinggi, dan panjang langkah,” kata Todd Harple, pimpinan program Inovasi AI Olimpiade di Intel Labs di Hillsboro, Oregon.
Yang paling menarik bagi Harple adalah prospek sorotan yang dipersonalisasi yang tersedia bagi pemirsa melalui platform AI visi komputer Geti milik Intel, yang dapat menjadi fitur siaran di masa mendatang.
Dengan begitu, banyak aksi olahraga yang direkam secara bersamaan. Harple mengatakan bahwa kemampuan AI untuk memilih dengan tepat apa yang ingin dilihat pemirsa akan menjadi terobosan.
Menurutnya, fungsi ini bisa sangat bermanfaat bagi pelatih dan penyiar dari negara-negara yang memiliki akses yang lebih terbatas ke sumber daya produksi.
“Jika seseorang menginginkan setiap tembakan tiga angka yang dilakukan oleh tim bola basket putra Nigeria, AI dapat menelusuri semua rekaman dan secara otomatis menyatukannya,” katanya.
Sumber: AI Mengubah Olimpiade dalam Tiga Hal Ini (detik.com)