Indonesia Menyapa, Jakarta – Seorang turis gagal liburan nyaman di Singapura karena salah pilih hotel. Ia menderita karena harus bertahan semalaman tanpa AC (air conditioner) dan air.
Dilansir dari Stomp pada Jumat (3/5/2024), turis itu bernama Jojo dan berasal dari Hong Kong. Dia menginap di D’Resort @Downtown East Singapura selama liburan. Ia tiba di Singapura pada 1 April.
“Ketika saya check in pada malam hari tanggal 1 April, staf mengatakan kepada saya bahwa tidak akan ada listrik dari jam 02.00 hingga 05.00 karena pemeriksaan tahunan,” ujarnya.
Jojo berkata bahwa staf tersebut meyakinkan dirinya bahwa pemadaman listrik tidak akan berlangsung lama, sekitar 15 sampai 20 menit.
Namun, kenyataan berkata lain. Jojo sadar air mulai berhenti pada tengah malam. Staf itu tidak memberitahu Jojo soal air yang ikut mati. Apesnya lagi, saat itu ia sedang mandi.
“Rambut saya penuh sampo dan badan berbalut shower gel, tapi tidak ada air untuk membilasnya,” kata dia.
Jojo masih harus merasa karena kamar itu bagai sauna.
“Saya tidak bisa tidur dengan badan berkeringat, baru mendarat. Cuacanya super panas, hampir 40 derajat Celcius. Tidak ada AC dan jendela tidak bisa dibuka. Saya tidak bisa bernapas! Saya ingin membuka pintu, tapi koridornya juga sangat panas! Saya hampir pingsan di ruangan yang gelap dan panas itu,” dia mengisahkan pengalaman buruk itu.
jojo benar-benar kesal dan menderita. Hari berikutnya, ia harus ke dokter karena mengalami gatal-gatal yang parah. Ia pun mau tidak mau membatalkan semua rencananya di Singapura dan kembali ke negaranya.
“Saya sudah ke dokter dua kali setelah perjalanan. Kata dokter saya terkena sengatan panas malam itu dan shower gel menyebabkan alergi kulit. Saya masih ke dokter dan minum obat,” kata dia.
Ternyata, hal yang sama juga dirasakan tamu lain. Mereka memberikan ulasan di Trip.com karena terbangun kepanasan tanpa tahu ada pemadaman listrik.
Juru bicara D’Resort @Downtown East menjelaskan bahwa gangguan itu terjadi guna pemeliharaan listrik tahunan. Pengelola mengatakan bahwa pemberitahuan datang setelah semua tamu melakukan pesanan.
“Tanggal pemblokiran tidak diperlukan karena gangguan minimal. Penutupan blok tamu dimulai pada pukul 03.29 pagi, dan listrik pulih kembali pada pukul 04.12 pagi,” ujar dia.
Menanggapi ini, pihak penginapan meminta maaf dan berjanji akan memberikan kompensasi.
“Resor telah menanggapi email tamu dan meminta maaf kepadanya (sekali lagi) atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan, serta memperpanjang tarif diskon 50 persen untuk kunjungan berikutnya, berlaku selama satu tahun,” katanya.
Sayangnya, Jojo tidak berminat untuk menggunakannya, bahkan untuk kembali ke Singapura.
“Saya menginap di banyak hotel di berbagai negara dan tidak pernah mengalami pengalaman buruk seperti ini, bahkan di beberapa negara berkembang. Saya dulu suka Singapura, bahkan ingin pindah ke Singapura, tapi sekarang saya berubah pikiran. Tampaknya tidak ada perlindungan konsumen yang sangat mendasar di negara-negara beradab. Saya tidak akan pergi ke Singapura lagi!” ujar dia.
Sumber: Staycation di Hotel Tanpa AC & Air, Turis Kapok dan Janji Tak ke Singapura Lagi (detik.com)