Indonesia Menyapa, Jakarta — Berdasarkan data yang dirilis Kemenag, kelompok terbang (kloter) pertama jemaah haji Indonesia mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah pada 12 Mei 2024. Mereka akan menetap di Kota Nabi tersebut sampai 21 Mei 2024, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekkah Mukarramah. Selama 9 hari di Madinah, jemaah haji akan menjalani aktifitas dengan ibadah yang hikmat.
Salah satu ibadah sunnah selama di Madinah Munawwarah adalah menjalankan shalat Arba’in. Secara bahasa, arti Arba’in adalah 40. Dalam istilah fikih, shalat Arba’in adalah mengerjakan shalat berjamaah bersama imam, tanpa ketinggalan takbiratul ihram, selama 40 waktu, atau sekitar 8 hari penuh. Arba’in memang ibadah Sunnah, tetapi pemerintah perlu memberikan layanan maksimal karena ini merupakan ibadah yang hanya bisa dilakukan di tanah suci.
Salah satu bentuk layanan maksimal yang diharapkan dari pemerintah adalah dekatnya lokasi hotel atau penginapan dengan Masjid Nabawi. Semakin dekat lokasinya dengan masjid, semakin terbuka peluang memaksimalkan shalat Arba’in. Semakin jauh lokasi penginapan dari masjid, semakin sulit pula mengerjakan shalat Arba’in. Apalagi bagi jemaah lanjut usia.
Berdasarkan data Peta Akomodasi Jemaah Haji Indonesia di Madinah Tahun 1445 H/2024 M, diketahui ada 5 wilayah sektor penginapan yang setiap wilayah sektor memiliki 1 kantor sektor.
Kantor sektor 1 berada di Hotel Safwat Madinah, wilayah Syimaliah. Kantor sektor 2 di Hotel Taba Tower, wilayah Syimaliah. Kantor sektor 3 di Hotel Arjuwan Saadah, wilayah Gharbiah. Kantor sektor 4 di Hotel Louluat Diyafah, wilayah Gharbiah. Kantor sektor 5 di Hotel Huda Taibah, wilayah Janubiah. Kemudian ada kantor untuk Sektor Khusus di Hotel Durrat Madinah, yang berlokasi di wilayah Syimaliah.
Setiap wilayah sektor terdiri dari beberapa hotel, mulai hotel yang terdekat dengan Masjid Nabawi hingga hotel yang terjauh. Hal itu bisa diketahui melalui Google Maps maupun pengamatan lapangan. Misalnya, di wilayah sektor 1, hotel terdekat dengan masjid Nabawi adalah hotel Al Fayrouz Al Shatta (1,1 km dan butuh sekitar 13 menit dengan jalan kaki) dan yang terjauh Hotel Shaza Regency Plaza (1,6 km dan butuh 23 menit dengan jalan kaki).
Di wilayah sektor 2, hotel terdekat adalah Emaar Elite (1 km atau 14 menit jalan kaki). Di wilayah sektor 3, hotel terdekatnya Diyar Al Taqwa (900 m atau 14 menit jalan kaki). Di wilayah sektor 4, hotel terdekat Ansar Al Madinah (700 m atau 10 menit jalan kaki). Sementara di wilayah sektor 5, hotel terdekat adalah Nusk Alhijra Hotel (300 m atau 5 menit jalan kaki).
Bisa dibayangkan, estimasi jarak semacam ini menjadi masalah apabila harus dilakukan sebanyak 40 waktu salat tanpa ketinggalan takbiratul ihram. Karena tiap jemaah haji rata-rata membutuhkan 44 kilometer sekali jalan atau 88 kilometer pulang-pergi untuk menyempurnakan salat Arba’in.
Hal itu jika diandaikan jemaah kembali ke pemondokan sehabis shalat berjamaah. Seandainya dibayangkan jamaah menetap di masjid untuk salat Maghrib dan Isya, maka setiap hari butuh jalan kaki sepanjang 4,4 km sekali jalan dalam sehari atau 8,8 km pulang-pergi dalam sehari.
Jarak tempuh jauh ini mudah dilalui bagi jemaah-jemaah muda. Namun, pada pelaksanaan haji tahun 2024 ini, data menunjukkan bahwa jemaah haji lansia di atas 65 tahun sebesar 21,41% atau setara 45.678 orang. Dipaksa untuk menempuh jarak yang relatif jauh tersebut dengan kondisi kesehatan yang beresiko tinggi.
Masalah jarak tempuh yang jauh di Madinah ini sudah menjadi masalah pada penyelenggaraan haji tahun 2023 dan temuan Timwas 2023. Ditambah lagi sewa hotel saat itu banyak yang singkat dan pas-pasan, hanya 8 hari. Akibatnya banyak jemaah haji yang tidak menggenapi Arba’in dan terpaksa harus cek-out.
Pada penyelenggaraan tahun 2024 sekarang ini, memang tidak terdengar keluhan-keluhan masif dari jemaah, baik menyangkut jarak tempuh hotel dan masjid Nabawi, ketidaksempurnaan mengerjakan Arba’in, maupun tempo berada di Madinah. Hal ini patut diapresiasi sebagai sebuah prestasi pemerintah dalam memberikan pelayanan selama di Madinah.
Namun, rekomendasi jarak hotel dengan masjid Nabawi untuk diupayakan. Sebagian besar bisa kurang dari 1 km belum ada kemajuan. Sebenarnya berapa besaran sewa hotel yang diperlukan untuk bisa menempati jarak kurang dari 1 km dan berapa kisaran sewa yang lebih dari 1 km?
Tidak mudah untuk menjawabnya. Penulis mencoba mencari data rincian yang sudah disewa ini saja kesulitan. Sudah mencoba menghubungi pihak terkait belum juga berhasil.
Penulis hanya mendapatkan data-data terkait katering, seperti nama-nama perusahaan yang dikontrak, alamat perusahaan, nomor kontak perusahaan dan alamat surat elektronik. Itu pun belum ada data terperinci sejak 21 Mei sampai 1 Juni.
Terlepas dari semua hal tersebut, penyelenggaraan haji tahun ini di Madinah mulai menunjukkan perbaikan, setidaknya tidak ada keluhan-keluhan dari jemaah. Hal ini patut diapresiasi sebagai bentuk kinerja luar biasa. Semoga pelayanan selama di Madinah ini menjadi pelajaran bagi pelayanan selama di Mekkah nanti.
Madinah, 8 Juni 2024
Aguk Irawan MN, Pengasuh Pesantren Baitul Kilmah Yogykarta; Anggota Timwas Haji (DPR RI) 2024.
Sumber: Pelayanan Haji 2024 di Madinah, Lancar atau Terkendala? (detik.com)