Cuaca panas mendidih telah melanda berbagai belahan dunia selama beberapa bulan terakhir, dengan laporan terbaru dari NASA dan NOAA menunjukkan bahwa Juli 2023 telah mencatat rekor sebagai bulan terpanas sepanjang masa. Temperatur Bumi mencatat angka tertinggi dalam 174 tahun terakhir, memicu keprihatinan terhadap perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Laporan yang dirilis oleh Badan Antariksa NASA dan Administrasi Oseanografi dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengindikasikan bahwa kondisi cuaca panas yang ekstrem terus mengguncang planet kita. Data menunjukkan bahwa temperatur Bumi pada Juli 2023 naik 2,02 derajat Fahrenheit dari rata-rata temperatur normal sebesar 60,4 derajat Fahrenheit.
“Juli 2023 menandai bulan ke-47 berturut-turut dan bulan ke-533 berturut-turut dengan suhu di atas rata-rata sepanjang abad ke-20,” ungkap NOAA dalam laporan resminya. Dalam catatan NASA, dari tahun 1880 hingga kini, terdapat lima bulan Juli terpanas dalam lima tahun terakhir.
Daerah-daerah yang paling terdampak cuaca panas pada Juli 2023 adalah Amerika Selatan, Afrika Utara, Amerika Utara, dan Semenanjung Arktik. Temperatur di wilayah-wilayah tersebut mencatatkan kenaikan sebanyak 7,2 derajat Fahrenheit di atas rata-rata. Menurut NASA, fenomena ini adalah akibat dari aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan lingkungan.
Administrator NASA, Bill Nelson, menegaskan bahwa data ilmiah sangat jelas dan bahwa tindakan segera diperlukan untuk melindungi planet ini. “Ini adalah satu-satunya planet tempat kita hidup,” tegas Nelson. Selain itu, volume es di Antartika juga mencapai rekor terendah pada bulan Juli, menunjukkan tren penurunan yang intens selama tiga bulan terakhir.
Para ilmuwan dan pakar lingkungan telah memberikan peringatan bahwa perubahan iklim yang cepat dapat memiliki dampak yang serius terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Laporan ini menjadi panggilan untuk lebih giat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga keberlanjutan planet ini.
Sumber: CNBC