Ketika Pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Disebut Terhalang Hubungan Mega ke SBY dan Jokowi

Politik

Indonesia Menyapa, Jakarta – Presiden terpilih, Prabowo Subianto berencana untuk membentuk Presidential Club yang beranggotakan Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri; Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Terkait wacana ini, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menganggap hal tersebut menjadi niat baik Prabowo untuk menjembatani agar hubungan Megawati, SBY, dan Jokowi semakin membaik.

“Prabowo mungkin ingin membangun jalur komunikasi antar mantan Presiden. Lalu juga kelihatannya Prabowo ingin menjadi bridging jembatan pemersatu di antara mantan-mantan Presiden yang tidak akrab,” kata Ujang kepada Tribunnews.com, Minggu (5/5/2024).

Ujang pun menjelaskan bahwa hubungan Megawati dengan SBY disinyalir sudah tidak akrab sejak tahun 2004.

Adapun keretakan itu terjadi saat SBY memutuskan mundur sebagai Menkopolhukam di era pemerintahan Megawati dan mencalonkan diri sebagai capres di Pilpres 2004.

Padahal di saat yang bersamaan, Megawati juga bakal maju dalam kontestasi Pilpres.

Sementara, hubungan Megawati dan Jokowi juga diduga retak pasca-Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo di Pilpres 2024.

“Karena selama 2004 hingga 2024 ini, hubungan SBY pun sudah tidak pernah akrab (dengan Megawati). Bahkan terbaru, antara Megawati dan Jokowi juga bermasalah dan mungkin di situ positifnya,” ujarnya.

Namun, Ujang menilai niat baik Prabowo untuk membentuk Presidential Club itu akan sia-sia ketika hubungan antara Mega dengan SBY dan Jokowi belum membaik.

Hal ini, sambungnya, justru akan membuat tidak ada diskusi yang terjadi di dalam Presidential Club itu sendiri.

“Negatifnya, ketika mereka itu saling tidak ketemu atau ‘bermusuhan’, maka dalam satu wadah itu tidak akan bertemu dan saling membelakangi satu sama lain.”

“Karena dalam konteks hati mereka, kan sedang tidak harmonis dan bermasalah sejak dulu dan hingga saat ini,” tuturnya.

Di sisi lain, wacana ini pun telah direspons oleh berbagai pihak seperti Jokowi, partai yang menaungi SBY yaitu Demokrat, dan partai yang dipimpin Megawati yakni PDIP.

Jokowi pun mendukung wacana dari sosok yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) di Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin olehnya.

“Bagus, bagus,” kata Jokowi di JIExpo, Kemayoran, Jakarta pada Jumat (3/5/2024) dikutip dari YouTube Kompas TV.

Lantas, ketika ditanya awak media apakah perlu pertemuan Presidential Club, digelar seminggu sekali, jawaban tak terduga justru disampaikan Jokowi.

Dengan tertawa, mantan Gubernur DKI Jakarta itu malah ingin pertemuan digelar dua hari sekali.

“Ya dua hari sekali ya nggak apa-apa,” tuturnya.

Dukungan serupa pun disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman.

Benny mengatakan dengan adanya wadah tersebut maka para mantan Presiden RI bisa memberi masukan kepada Prabowo selaku Presiden terpilih 2024-2029.

“Ide membentuk presiden club itu sangat bagus jika bisa terwujud. Para mantan presiden melalui forum presiden club bisa membantu dan memberi masukan kepada presiden terpilih, bisa saling membagi pengalaman dan membagi harapan,” kata Benny kepada Tribunnews.com, Jumat (3/5/2024).

Kata dia, kebersamaan para pemimpin bangsa diyakini akan membuat suasana damai di kalangan masyarakat.

“Juga untuk menciptakan suasana yang kondusif dan damai untuk masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam kepentingan dan latar belakangnya,” ujar dia.

Namun, kritik terkait wacana pembentukan Presidential Club terlontar dari dua politisi PDIP yaitu Deddy Sitorus dan Guntur Romli atau Gus Romli.

Kendati dinilai bagus, Deddy mempertanyakan urgensi dari pembentukan Presidential Club tersebut.

Menurutnya, saat ini, sudah ada Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) yang dapat bekerjasama dengan Prabowo jika sudah dilantik menjadi Presiden pada Oktober 2024 mendatang.

“Ya namanya rencana, bagus-bagus saja. Cuma memang urgensinya apa, kan sudah ada Wantimpres),” kata Deddy kepada Tribunnews.com, Jumat (3/5/2024).

Deddy mengatakan jika memang tujuan dibentuknya Presidential Club hanya untuk bertukar pikiran antar mantan Presiden RI, maka tidak perlu dijadikan sebuah lembaga institusi.

Dia beralasan lantaran setiap Presiden RI memiliki pemikiran yang berbeda sehingga ditakutkan akan membingungkan.

“Nanti malah bikin beliau bingung karena masing-masing kan punya ideologi, konteks pemerintahan dan pengalaman yang berbeda.”

“Idenya sih bagus tetapi menurut saya nanti malah bikin ribet sendiri,” jelas Deddy.

Sementara, Gus Romli menganggap wacana tersebut hanyalah gimik politik dari Prabowo saja.

Dia meminta agar Prabowo selaku Presiden terpilih untuk berfokus melaksanakan janji-janji kampanyenya saja.

“Yang diharapkan dari rakyat Indonesia setelah Prabowo dilantik adalah melaksanakan janji-janji politik kampanye, melaksanakan konstitusi, dan perundang-undangan.”

“Harunsya itu yang menjadi fokus utama, bukan gimik-gimik politik seperti (membentuk) Presidential club,” katanya kepada Tribunnews.com, Jumat (3/5/2024).

 

Sumber: Kala Pembentukan Presidential Club oleh Prabowo Disebut Terhalang Hubungan Mega ke SBY dan Jokowi – TribunNews.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *