Indonesia Menyapa, Jakarta – Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia. Banyak pendaki menganggap ini adalah gunung impian mereka. Menariknya, gunung ini terus meninggi hinggsa kini.
Sebagai gunung yang tertinggi, membuat banyak korban berjatuhan dalam pendakian ke puncak Everest.
Adapun puncak tertinggi di dunia itu pertama kali dicapai oleh Edmund Hillary dan Tenzing Norgay pada 29 Mei 1953. Dulu, tak mudah memang mendaki Everest. Namun, dengan kemajuan teknologi dan infrastruktur, para pendaki sudah banyak terbantu. Walau begitu, mendaki Puncak Dunia ini tetap menyulitkan.
Berikut ini detikTravel rangkum beberapa fakta unik terkait Everest.
1. Di perbatasan Nepal-Tibet
Gunung Everest berada di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut dan letaknya berada di perbatasan antara Nepal dan Tibet di Asia Selatan. Gunung itu juga merupakan bagian dari Pegunungan Himalaya.
2. Punya nama lain
Masyarakat dunia mengenal dengan nama Gunung Everest. Tetapi orang Tibet menyebutnya sebagai Chomolungma yang berarti “Ibu Suci”. Sementara itu, orang Nepal juga punya sebutan lain yakni Sagarmatha yang berarti “Dewi Langit”.
Sedangkan nama Inggris resminya ditetapkan pada 1865 oleh Royal Geographical Society berdasarkan rekomendasi British Surveyor General of India, Andrew Waugh. Waugh sendiri mengambil nama pendahulunya Sir George Everest.
3. Merupakan Seven Summits
Sebagai gunung tertinggi di dunia, tentunya Gunung Everest termasuk Seven Summits atau puncak-puncak tertinggi di tujuh benua.
Sedangkan enam gunung lainnya yakni Gunung Carstenz Pyramid di Papua, Gunung Elbrus di Rusia, Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Gunung Aconcagua di Argentina, Gunung Vinson di Antartika, dan Gunung Denali di Alaska.
4. Terus meninggi
Menariknya, Gunung Everest diduga terus meninggi hingga saat ini. Itu karena Everest terbentuk berkat kekuatan ke atas yang dihasilkan ketika lempeng tektonik India dan Eurasia bertabrakan. Tabrakan itu terus mendorong bebatuan dan membentuk gunung tertinggi di Bumi.
Ilmuwan memperkirakan Everest berusia sekitar 50-60 juta tahun. Itu disebut masih cukup muda untuk standar geologi. Dan kekuatan dorongan masih mendorong Everest untuk meninggi seperempat inci setiap tahunnya.
5. Punya 17 rute pendakian
Sebagai yang tertinggi dan berada di kawasan Pegunungan Himalaya, membuat Everest memiliki 17 rute pendakian untuk mencapai puncak. Tetapi, jalur paling populer dan sering dipilih yakni jalur Southeast Ridge dari Nepal dan jalur North Ridge dari Tibet.
6. Musim mendaki
Pertengahan bulan Mei adalah waktu yang populer untuk pendaki menuju puncak Everest. Namun, proses persiapan biasanya telah dimulai berbulan-bulan sebelumnya. Tim ekspedisi biasanya telah berkumpul di Kathmandu, Nepal, pada Maret untuk mulai aklimatisasi atau adaptasi.
Lalu pada April, pendaki biasanya mulai berangsur naik untuk menyesuaikan diri. Jelang minggu kedua Mei, tim seharusnya sudah mengarah ke puncak. Jika tidak ada kendala, pada awal Juni pendaki sudah memulai perjalanan pulang.
7. Oksigen sangat tipis
Karena puncaknya yang sangat tinggi, membuat mendaki di Everest tidak mudah. Khususnya soal tekanan udara di puncak yang hanya sepertiga dari tekanan udara di wilayah yang tak terlalu tinggi dari permukaan laut.
Itu membuat oksigen sebagai suatu yang langka pada ketinggian tersebut. Pendaki terkadang pun harus mengandalkan tabung oksigen untuk mencapai puncak.
8. Penuh ancaman
Ancaman ke puncak everest tak hanya soal oksigen yang tipis. Traveler juga bisa dihadapkan pada cuaca yang buruk, angin, longsor salju, gletser Khumbu hingga altitude sickness atau penyakit ketinggian.
9. Antre menuju puncak
Saking populernya Everest sejak 1990-an, membuat gunung itu semakin banyak dikunjungi dan menimbulkan antrian menuju puncak. Bahkan pada musim semi 2019, ada 11 pendaki meninggal dunia saat mengantri menuju puncak.
Hingga saat ini telah ada lebih dari 5.000 orang yang berhasil mencapai puncak Everest.
10. Banyak yang gagal bahkan meninggal
Kendati telah ada banyak orang yang berhasil mencapai puncak, tapi tak sedikit juga yang gagal dan berakhir meninggal.
Pada tahun 2023, menurut catatan yang disimpan The Himalayan Database sejak tahun 1922, setidaknya ada 322 orang tewas di Gunung Everest. Jika di rata-rata ada sekitar 4,4 kematian setiap tahunnya.
Banyak mayat dari pendaki yang meninggal tersebut tertinggal dan terkubur di bawah es. Ketika lapisan es di Everest mencair, baru kemudian jasad tersebut dapat dilihat.
11. Dapat menyewa Sherpa
Demi mencapai puncak Everest, pendaki dapat meminta bantuan dari pemandu profesional di Nepal. Biasanya, pemandu tersebut adalah Sherpa atau Sharwa, yakni kelompok etnis yang tinggal di pegunungan Nepal.
Mereka biasanya menyiapkan rute perjalanan, memasok kamp dengan makanan dan kebutuhan penting, juga memandu pendaki. Untuk ekspedisi yang berlangsung selama 3-4 bulan, biasanya pemandu memperoleh pendapatan sebesar USD 2.500-5.000 atau sekitar Rp 39,9 juta – Rp 79,8 juta.
12. Menjadi ladang bisnis Nepal
Gunung Everest selain menjadi ikon Nepal, juga merupakan sumber cuan negara itu. Pada 2018, Kementerian Pariwisata Nepal mengatakan bahwa mereka berhasil memperoleh pendapatan USD 5,2 juta (Rp 73 miliar kurs saat itu) dari izin pendakian yang mereka terbitkan untuk para pendaki.
Sumber: 12 Fakta Gunung Everest, Gunung Tertinggi yang Terus Meninggi (detik.com)